Pemandangan Gunung Fuji dan Pohon Maple Daun Merah

Pemandangan Gunung Fuji dan Pohon Maple Daun Merah

Monday, March 2, 2015

Tokoh Sastra Klasik Jepang: Murasaki Shikibu, Karya dan Warisan Murasaki

Tiga karya yang ditulis oleh Murasaki Shikibu adalah Hikayat Genji, Buku Harian Murasaki Shikibu, dan kumpulan 128 puisi Murasaki Shikibu Shu. Karya-karyanya dianggap penting karena mencerminkan penciptaan dan pengembangan sistem penulisan bahasa Jepang selama periode peralihan dari bahasa vernakular tidak tertulis menjadi bahasa tertulis. Hingga abad ke-9 teks bahasa Jepang ditulis dengan aksara Tionghoa menggunakan sistem tulisan man'yōgana. Setelah dikembangkannya sistem tulisan asli Jepang dalam bentuk aksara kana dari pertengahan hingga akhir abad ke-9, penulis-penulis Jepang mulai menulis syair dalam bahasa Jepang. Kemajuan ini menyebabkan terciptanya genre-genre baru seperti monogatari (hikayat) dan nikki bungaku (buku harian sastra). Sejarawan Edwin Reischauer berpendapat bahwa genre seperti monogatari adalah jelas-jelas asli Jepang, dan ditulisnya Hikayat Genji dalam aksara kana merupakan "karya luar biasa dari zaman itu".

Buku harian dan puisi

Lukisan abad ketiga belas (emakimono) Buku Harian Murasaki Shikibu, memperlihatkan Ratu Shōshi dengan Kaisar Go-Ichijō sewaktu masih bayi, dan dayang-dayang di balik kichō.
Murasaki mulai menulis buku harian setelah ia bekerja di istana untuk Shōshi. Pengalamannya menghamba di istana ditulisnya dalam buku harian yang mencakup periode sekitar tahun 1008 hingga 1010. Bagian-bagian deskriptif yang panjang, beberapa di antaranya mungkin awalnya ditulis sebagai surat. Isinya mengisahkan hubungannya dengan dayang-dayang lain, temperamen Michinaga, kelahiran anak-anak Shōshi di rumah besar Michinaga dan bukan di istana kekaisaran, serta cerita tentang proses menulis Hikayat Genji, termasuk bantuan ahli kaligrafi dalam mentranskripsi bab-bab yang baru selesai ditulis.Buku harian yang ditulisnya adalah khas buku harian istana dari masa itu yang ditulis untuk menyanjung majikan. Setengah dari isinya menceritakan kelahiran putra Shōshi yang nantinya naik tahta sebagai Kaisar Go-Ichijō. Peristiwa tersebut sangat penting untuk Michinaga karena dia telah merencanakannya sejak semula, mulai dari menikahkan anak perempuannya dengan kaisar, hingga berhasil menjadi kakek dari seorang kaisar, sekaligus bupati de facto untuk kaisar.

Murasaki Shikibu Shu adalah kumpulan 128 puisi yang menurut Mulhern "disusun dalam urutan biografi". Susunan asli kumpulan puisi ini sudah hilang. Menurut tradisi, setelah ditulis, puisi kemudian diteruskan ke orang lain untuk disalin. Sebagian dari puisi tampaknya ditulis untuk seorang kekasih, kemungkinan ditujukan kepada suaminya sewaktu masih hidup, tapi dia mungkin hanya mengikuti tradisi, dan menulis puisi cinta sederhana. Isinya berisi detail biografi: dia menyebutkan seorang saudara perempuan yang meninggal, kunjungan ke Provinsi Echizen bersama ayahnya dan puisi yang ditulisnya untuk Shōshi. Puisi Murasaki diterbitkan pada tahun 1206 oleh Fujiwara Teika, dalam bentuk yang menurut Mulhern sebagai koleksi yang paling mendekati bentuk aslinya pada sekitar waktu yang sama Teika memasukkan karya terpilih Murasaki dalam sebuah antologi kekaisaran, Shin Kokin Wakashū.

Hikayat Genji

Karya paling terkenal dari Murasaki Shikibu adalah Hikayat Genji, novel tiga bagian yang terdiri dari 1.100 halaman dan 54 bab.Penulisan novel ini diperkirakan perlu waktu satu dekade. Bab-bab paling awal mungkin ditulis untuk majikan sewaktu dia masih bersuami atau tidak lama setelah suaminya meninggal. Dia terus menulis selama bekerja di istana dan kemungkinan selesai ditulis ketika dia masih bekerja untuk Shōshi. Michinaga memberinya kertas berharga mahal dan tinta, dan bantuan ahli kaligrafi. Jilid pertama yang ditulis tangan kemungkinan disusun dan dijilid oleh para dayang.

Lukisan Hikaru Genji oleh Kunisada dari abad ke-19.
Dalam buku The Pleasures of Japanese Literature, Keene mengklaim bahwa Murasaki menulis "adikarya fiksi Jepang" dengan mengambil unsur-unsur tradisi waka buku harian istana, dan monogatari asal zaman sebelumnya, ditulisnya dalam campuran aksara Tionghoa dan aksara Jepang seperti dalam Putri Kaguya atau Hikayat Ise. Ia mengambil unsur-unsur serta mencampurkan gaya penulisan sejarah Cina, puisi naratif, dan prosa Jepang kontemporer. Adolphson menulis bahwa penempatan subjek yang biasa-biasa berdampingan dengan gaya sastra Tionghoa menghasilkan kesan parodi atau satire, sekaligus cara pengungkapan yang unik.Hikayat Genji mengikuti format tradisional monogatari yang mengisahkan sebuah cerita, terutama jelas terlihat dari penggunaan narator. Namun Keene berpendapat bahwa Murasaki mengembangkan genre monogatari melampaui batas-batas yang ada, dan dengan demikian telah menciptakan suatu bentuk yang sama sekali modern. Cerita Hikayat Genji berlatar pada akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-10, dan Murasaki menghilangkan unsur-unsur dongeng dan fantasi seperti sering ditemukan pada monogatari sebelumnya.

Tema-tema dalam Hikayat Genji umum ditemui pada masa-masa itu, dan didefinisikan oleh Shively sebagai mengemas "tirani waktu dan kesedihan cinta romantis yang tak terhindari".Tema utamanya adalah kerapuhan hidup, "kesedihan eksistensi manusia" atau mono no aware, istilah yang dipakainya lebih dari seribu kali dalam Hikayat Genji. Keene berspekulasi bahwa dalam kisah "pangeran bersinar" (Hikaru Genji), Murasaki mungkin telah menciptakan untuk dirinya sendiri, sebuah pelarian ideal dari kehidupan istana yang kurang menyenangkan untuknya. Tokoh Pangeran Genji dibentuknya sebagai protagonis yang berbakat, tampan, berbudi halus, namun masih manusiawi dan simpatik. Menurut Keene, Genji memberikan gambaran mengenai periode Heian, misalnya tentang maraknya hubungan cinta, meskipun perempuan biasanya tetap tak terlihat di belakang layar, tirai, atau fusuma.

Menurut Helen McCullough karya Murasaki memiliki daya tarik universal dan berpendapat bahwa Hikayat Genji melampaui baik genre maupun zaman. Tema dasar dan latar, cinta di istana Heian, dan asumsi-asumsi budaya berasal dari pertengahan zaman Heian. Namun kegeniusan Murasaki Shikibu yang unik telah membuat karyanya berarti bagi banyak orang sebagai sebagai pernyataan kuat dari hubungan antarmanusia, kemustahilan kebahagiaan abadi dalam cinta ... dan yang terpenting, dalam dunia penuh kesengsaraan, kepekaan terhadap perasaan orang lain". Pangeran Genji mengakui bahwa dalam diri setiap kekasihnya terdapat kecantikan dari dalam seorang wanita dan kerapuhan hidup, yang menurut Keene, membuatnya heroik. Hikayat Genji populer di semua kalangan. Kaisar Ichijō meminta agar cerita itu dibacakan untuknya meskipun ditulis dalam bahasa Jepang. Pada tahun 1021, semua bab diketahui sudah selesai ditulis, dan karya ini sulit diperoleh di daerah-daerah sehingga banyak dicari orang.

Warisan

Reputasi dan pengaruh Murasaki tidak berkurang sejak dari masa hidupnya, ketika dia, bersama penulis wanita lainnya dari zaman Heian, berperan penting dalam mengembangkan bahasa Jepang sebagai bahasa tulisan. Tulisannya dijadikan bacaan wajib untuk para penyair istana sejak awal awal abad ke-12, bersamaan mulai dipelajari karya-karya Murasaki Shikibu oleh para cendekiawan. Tidak sampai seabad sejak wafatnya, ia sudah sangat dihormati sebagai seorang penulis klasik. Pada abad ke-17, karya Murasaki dijadikan simbol filsafat Konfusianisme dan perempuan dianjurkan untuk membaca buku-bukunya. Pada tahun 1673, Kumazawa Banzan berpendapat bahwa tulisannya sebagai berharga terutama dalam penggambaran emosi dan sensitivitas. Menurut dia dalam Discursive Commentary on Genji, ketika "perasaan manusia tidak dipahami, maka keselarasan Lima Hubungan Manusia hilang."

Lukisan emakimono dari awal abad ke-12 menggambarkan adegan dari Hikayat Genji. Sepasang kekasih dan dayang-dayang, dipisahkan oleh kichō dan byōbu.
Lukisan emakimono dari awal abad ke-12 menggambarkan adegan dari Hikayat Genji. Sepasang kekasih dan dayang-dayang, dipisahkan oleh kichō dan byōbu.
Lukisan dari awal abad ke-12, menggambarkan adegan dari Hikayat Genji. Seorang wanita di dalam ruangan tradisional Jepang, terlihat partisi dalam bentuk fusuma, shōji, dan kichō. Karya ini terdaftar sebagai Harta Nasional Jepang.
Lukisan dari awal abad ke-12, menggambarkan adegan dari Hikayat Genji. Seorang wanita di dalam ruangan tradisional Jepang, terlihat partisi dalam bentuk fusuma, shōji, dan kichō. Karya ini terdaftar sebagai Harta Nasional Jepang.
Hikayat Genji disalin dan digambar dalam berbagai bentuk sejak satu abad setelah Murasaki wafat. Genji Monogatari Emaki adalah lukisan gulung asal akhir zaman Heian (abad ke-12, terdiri dari empat gulung, 19 lukisan, dan 20 lembar kaligrafi. Ilustrasi dipastikan berasal dari antara tahun 1110 dan 1120, dan untuk sementara disepakati sebagai karya Fujiwara no Takachika dan kaligrafi karya berbagai ahli kaligrafi kontemporer ternama. Gulungan ini disimpan di Museum Gotoh dan Museum Seni Tokugawa.
Pada abad ke-17, keluhuran budi wanita dikaitkan dengan pengetahuan sastra menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap genji-e, sebutan untuk barang-barang yang berkaitan dengan Murasaki Shikibu atau karya-karya yang inspirasinya berasal dari Hikayat Genji. Perangkat maskawin berhias adegan dari Hikayat Genji atau lukisan Murasaki Shikibu terutama sangat populer di kalangan wanita bangsawan. Pada abad ke-17, genji-e secara simbolis meninggikan status budaya mempelai wanita. Pada abad ke-18, genji-e merupakan simbol keberhasilan perkawinan. Pada tahun 1628, putri dari Tokugawa Iemitsu memiliki seperangkat kotak pernis yang dibuat khusus untuk pernikahannya. Pangeran Toshitada menerima sepasang partisi genji-e yang dilukis oleh Kano Tan'yū sebagai hadiah pernikahannya pada tahun 1649.

Murasaki menjadi subjek populer lukisan dan ilustrasi yang menampilkan dirinya sebagai seorang penyair sekaligus wanita berbudi luhur. Dalam lukisan, dia sering digambarkan sedang duduk di belakang mejanya di Kuil Ishiyama-dera, menatap Bulan untuk mencari inspirasi. Pada abad ke-17, Tosa Mitsuoki membuatnya sebagai subjek lukisan gulung untuk digantung di dinding. Hikayat Genji dijadikan subjek favorit para seniman cukil kayu ukiyo-e selama berabad-abad, seperti oleh Hiroshige, Kiyonaga, dan Utamaro yang masing-masing menggambar ilustrasi dari berbagai edisi novel yang berbeda. Seni Genji dari periode-periode awal dianggap sebagai simbol budaya istana. Namun pada pertengahan zaman Edo, ukiyo-e bergambar tokoh-tokoh Hikayat Genji diproduksi massal dengan teknik cukil kayu sehingga menjadi komoditas terjangkau oleh kalangan samurai dan rakyat biasa.
Dalam Envisioning the "Tale of Genji", Shirane mengamati bahwa "Hikayat Genji telah dijadikan berbagai macam barang dagangan untuk khalayak yang berbeda menggunakan berbagai macam media selama lebih dari seribu tahun ... tak tertandingi oleh artefak atau teks bahasa Jepang lainnya."  Karya dan penulisnya dipopulerkan melalui ilustrasi-ilustrasi di berbagai media: emaki (gambar gulung), byōbu-e (lukisan pembatas ruang), ukiyo-e (cetak cukil kayu), film, komik, dan pada zaman modern, sebagai manga.Dalam kisah fiksi kehidupan Murasaki, The Tale of Murasaki: A Novel oleh Liza Dalby, Murasaki diceritakan terlibat percintaan selama perjalanan dengan ayahnya ke Provinsi Echizen.]

Lukisan tinta di atas kipas kertas emas dari abad ke-17, memperlihatkan Murasaki sedang menulis. 
Hikayat Genji diakui sebagai karya klasik abadi. McCullough menulis bahwa Murasaki adalah "wakil klasik dari sebuah masyarakat yang unik, sekaligus seorang penulis yang berbicara untuk keprihatinan universal manusia dengan suara abadi. Masih belum ada lagi penulis genius seperti dia di Jepang". Keene menulis bahwa Hikayat Genji terus memikat, karena, dalam cerita, karakter dan keprihatinan mereka bersifat universal. Pada tahun 1920, ketika terjemahan Waley diterbitkan, pengulas membandingkan Genji dengan Jane Austen, Marcel Proust, dan Shakespeare. Menurut Mulhern, Murasaki setara dengan Shakespeare. Kalau Shakespeare mewakili Inggris dari zaman Elizabeth, Murasaki berhasil menangkap esensi dari Istana Heian, dan sebagai seorang novelis "berhasil bahkan melampaui harapannya sendiri." Seperti Shakespeare, karya-karya Murasaki Shikibu telah menjadi subjek pembahasan untuk ribuan lembar kritik-kritik sastra dan buku-buku.

Desain uang kertas Jepang 2.000 yen dibuat untuk mengenang Murasaki Shikibu. 

Pada tahun 2008, Kyoto mengadakan perayaan yang berlangsung selama setahun untuk memperingati ulang tahun ke-1000 Hikayat Genji. Perayaan dimeriahkan dengan perlombaan puisi, kunjungan ke Museum Hikayat Genji di Uji dan Ishiyama-dera. Di Ishiyama-dera dipamerkan boneka Murasaki Shikibu dalam ukuran sebenarnya. Perayaan ini juga menampilkan wanita berbusana kimono 12 lapis model zaman Heian yang disebut jūnihitoe, lengkap dengan wig yang panjangnya hingga semata kaki. Murasaki Shikibu dan karya-karyanya dijadikan inspirasi untuk pameran di museum dan manga bertemakan Genji. Ilustrasi sisi belakang uang kertas ¥2.000 dibuat untuk memperingati Murasaki Shikibu dan Hikayat Genji. Nama Jepang untuk tanaman semak Callicarpa japonica adalah murasaki shikibu.

Universitas Harvard menyimpan Genji Album yang pada tahun 1970-an diketahui berasal dari tahun 1510. Album tersebut dianggap sebagai karya terawal dari jenisnya. Isinya terdiri dari 54 lukisan karya Tosa Mitsunobu dan 54 lembar kaligrafi di atas kertas shikishi dalam lima warna yang ditulis oleh seniman ahli kaligrafi. Gambar-gambar ini disimpan dalam kotak asal periode Edo, berikut ilustrasi depan hasil karya Tosa Mitsuoki asal sekitar tahun 1690. Album ini berisi lembar jaminan keaslian Mitsuoki untuk lukisan nenek moyangnya dari abad ke-16.

sumber: id.wikipedia.org

No comments:

Post a Comment